BUDDHA MAHA VIHARA DUTA MAITREYA

Sejarah Buddha Maha Vihara Duta Maitreya

Vihara Duta Maitreya di bangun pada tahun 1990 dan diresmikan pada 23 Oktober 1999. Selain di jadikan sebagai tempat beribadah, sekarang vihara ini telah dikembangkan menjadi tempat untuk menuntut ilmu dari tingkat TK hingga tingkat universitas. Sesuai dengan namanya, vihara ini memiliki nilai agama yang sangat kuat dan cocok dengan pesan Buddha Maitreya yang artinya cinta universal. 

Sumber: Dokumentasi Penulis

Akses Menuju Vihara Duta Maitreya

Vihara Duta Maitreya terletak di Jl. Bukit Beruntung, Sungai Panas, Kota Batam. Vihara ini  tidak jauh dari pusat Kota Batam. Waktu tempuh dari Bandara Hang Nadim kurang lebih 23 menit. Vihara Duta Maitreya buka setiap hari pukul 06.00 – 20.00 tanpa ada biaya masuk dan biaya parkir. Pada hari biasa banyak yang mengunjungi vihara ini terutama wisatawan dari Korea dan China dan pada akhir pekan lebih banyak wisatawan dari India, Singapura, dan Indonesia.

Sumber: Google Maps, https://goo.gl/maps/jQ2y61LsizvCvU8y9

Bagian-Bagian Graha Dalam Vihara Duta Maitreya

Vihara Duta Maitreya terdapat 5 graha dan di setiap pertengahan graha terdapat sebuah patung Maitreya yang melambangkan viharanya tersendiri. Bangunan Buddha Maha Vihara Duta Maitreya terdiri dari 3 lantai dengan 5 graha yang terdiri dari :

1. Graha Maitreya, digunakan sebagai tempat kebaktian umum para umat budha maitreya kepada budha. Ruangan ini mampu menampung hingga 2.000 orang dan pelaksanaan kebaktian umum yang dilakukan 3 kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul 06.00, siang hari pukul 12.00, dan pukul 06.30 malam.
2. Graha Patriat, digunakan sebagai kebaktian para umat budha dan juga merupakan aula pendidikan, pelatihan serta Dharmasala.
3. Graha Sakyamuni, digunakan sebagai tempat memuja kepada Bodhisatva Samantabhadra, Buddha Amitabha (dewa ketenangan jiwa), Buddha Bodhisatva (dewa pendidikan), Buddha Paisajyaguru (dewa pengobatan), dan Bodhisatva Nanjusri. 
4. Graha Bodhisatva Avalokitesvara, merupakan graha kebaktian kepada Bodhisatva Avalokitesvara atau bisa disebut sebagai dewi Guan Yin, d imana para wisatawan bisa memuja dan memohon atas kebaikan serta kesehatan keluarga.
5. Graha Bodhisatva Satya Kalama, merupakan graha bakti puja kepada Bodhisatva Satya Kalama, biasa disebut sebagai dewa Guan Yu atau Gwan Gong, di mana para wisatawan dapat memuja atas kelancaran bisnis.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Fasilitas yang Tersedia di Vihara Duta Maitreya

Dalam Bangunan Buddha Maha Vihara Duta Maitreya terdapat berbagai fasilitas, yang tersedia, antara lain:

1. Restoran, terletak di bagian belakang dan makanan yang tersedia merupakan menu vegetarian. Restoran tersebut telah di tata dengan meja dan kursi untuk para pengunjung yang berkunjung. Suasana di restoran tersebut cukup ramai pada pagi dan juga siang hari. 
2. Taman kecil, di taman ini terdapat sebuah patung besar dan patung kecil Buddha Maitreya serta juga disediain meja dan kursi untuk para pengunjung bersinggah dan beristirahat. 
3. Tempat parkir, untuk tempat di vihara ini parkir tidak dikenakan biaya. Tempat parkir tersebut mampu menampung banyak kendaraan, termasuk mobil, motor, dan bus. 
4. Toilet, lokasinya tidak berjauhan dari restoran.
5. Toko suvenir, sebelum sesampai ke bagunan Graha Bodhisatva Avalokitesvara, terdapat sebuah toko souvenir yang menjual berbagai pernak-pernik hiasan ciri khas tionghua dan juga peralatan ibadah seperti, dupa, lilin, dan aneka ragam keramik.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Acara Dari Vihara Duta Maitreya

Ketika vihara ini mengadakan suatu kegiatan keagamaan, biasanya wisatawan atau orang luar vihara diperkenankan untuk turut berpartisipasi dan tidak perlu membayar untuk mengikuti kegiatan tersebut. Namun, ada syaratnya jika para wisatawan ingin mengikuti kegiatan ini, yaitu menjaga ketertiban dan kesopanan diri sendiri, misalnya mengenakan baju yang menutupi siku dan juga memakai celana panjang untuk menutupi bagian lutut. Kegiatan yang dilaksanakan dalam Vihara Duta Maitreya adalah perayaan hari besar seperti: hari raya waisak, hari raya kathina, dan hari raya asadha.

Selain itu, sekolah dan kampus Vihara Duta Maitreya juga biasanya mengadakan suatu acara, seperti: tarian, pameran, musik, seminar dan sebagainya. Pada hari raya imlek yang merupakan hari ulang tahun Vihara Duta Maitreya, pihak pengelola viharaa akan mengadakan suatu perayaan, seperti: kegiatan openhouse yang mana pihak pengelola vihara menyediakan makanan vegetarian gratis bagi para pengunjung.

PAROKI SANTO PETRUS LUBUK BAJA

Sejarah dibangunnya Paroki Santo Petrus

Sumber: Dokumentasi Penulis

Pada awalnya gereja ini menaungi seluruh gereja katolik yang ada di Pulau Batam sampai ke Pulau Rempang, Pulau Galang serta pulau- pulau kecil yang ada di sekitar Pulau Batam. Sejarah gereja Katolik di Batam dimulai sejak para perantau dari Flores tiba di Pulau Batam pada tahun 1956-1959. Mengikuti kebiasaan dari daerah asal, beberapa umat katolik ini mulai mengadakan doa bersama, sehingga akhirnya mereka membangun sebuah kapela yang sangat sederhana yang diberi nama Kapela Santa Maria. Kapela ini selesai dibangun pada tahun 1961 di daerah Batu Ampar.  Tetapi di karenakan lahan yang di gunakan untuk membangun Kapela Katolik ini tidak berizin, maka pada tahun 1969 bangunan ini pun digusur dan dibangun perusahaan besar. Sejak tahun 1969, umat katolik di Batam tidak mempunyai tempat ibadah, sampai datang bantuan dari Bapak Haji R. Muhammad yang mengizinkan kapela dibangun di kebun miliknya, tepatnya di samping Masjid Raya Sei Jodoh. Pada tahun 1974, mulailah dibangun kapela Santa Maria Sei Jodoh yang berlokasi di Sei Jodoh. Namun, pada tahun 1983, Otoritas Batam mengembangkan kawasan Sei Jodoh menjadi pusat perdagangan, perhotelan dan pertokoan. Oleh karena itu, permukiman masyarakat di kawasan Sei Jodoh dipindahkan ke Seraya, Pelita, Baloi Indah, Baloi Centre serta Blok II sampai dengan Blok IV. Kapela St. Maria Sei Jodoh pun harus dipindahkan lagi. Pada tahun 1983 panitia pemindahan gereja menerima lahan dari Otorita Batam, yaitu Bukit Baloi. Di lokasi inilah sampai sekarang berdiri bangunan gereja Katolik Lubuk Baja. Bangunan Ini kemudian diberi nama ”Gereja Santo Petrus”. Nama yang sesuai letaknya yaitu di atas lokasi berbatu dan Petrus yang berarti batu karang.  Akhirnya pada tahun 1990, gereja Santo Petrus diresmikan menjadi Paroki pertama di pulau Batam.

Akses Menuju Paroki Santo Petrus

 

Sumber: Google Maps, https://goo.gl/maps/tTmseDsTG9tMEAed7

Gereja ini terletak di Jl. Anggrek Blok II No. 1, Lubuk Baja Kota, Lubuk Baja, Lubuk Baja Kota, Kec. Lubuk Baja, Kota Batam, Riau 29432. Cara mengakses ke lokasi tersebut bisa menggunakan GPS langsung atau menggunakan jasa Grab/Gojek. Gereja ini biasa di kunjungi oleh orang- orang lokal ataupun wisatawan yang datang dari Singapura, Malaysia, Korea, dan China.

Bagian-Bagian dari Paroki St.Petrus

1. Bagian Depan Paroki St.Petrus

Sumber: Dokumentasi Penulis

Bagian depan merupakan tempat ibadah umat katolik, berupa gereja yang lumayan besar dan bisa menampung hingga lebih dari 1000 orang. Bangunan ini dibangun dengan gaya bangunan Eropa. Di dalam gereja ini terdapat Patung Tuhan Yesus dan juga Patung Bunda Maria, serta kursi panjang yang di susun dengan rapi. Dinding bagian atas gereja ini terdapat keramik yang berupa gambar-gambar Tuhan Yesus.

1. Bagian Belakang Gua Maria/Ratu Damai
   

Sumber: Dokumentasi Penulis

Gua maria ini terletak di bagian belakang Gereja St.Petrus ini. Di mana jalan menuju gua ini terdapat tanaman-tanaman yang indah yang tersusun rapi dan juga sebuah tempat duduk untuk tempat berteduh ketika orang-orang ingin merenungkan doanya. Gua ini terdapat patung Bunda Maria yang dengan ketinggian sekitar 1.7M.

Tata Tertib Gua Maria “Ratu Damai”

1. Dilarang merokok
2. Dilarang membuang sampah sembarangan
3. Dilarang meludah
4. Dilarang berisik dan harap tenang
5. Bagi yang membawa anak kecil diharapkan:

• Tidak membiarkan anak kecil kencing sembarangan
• Toilet telah disediakan di samping gedung serba guna
• Harap tidak membiarkan anak kecil memanjat ke dalam gua
• Harap tidak bermain api lilin
• Harap tidak mengambil barang apapun dari dalam lingkungan gua
• Harap tidak merusak barang apapun di dalam lingkungan gua

PURA AGUNG AMERTA BHUANA

Sumber: Dokumentasi Penulis

Pura Agung Amerta Bhuana berlokasi di Jl. Gajah Mada No.3, Sei Ladi, Kec. Sekupang, Kota Batam. Pura ini mulai dibangun dengan melakukan pemetaan lahan pada tahun 1999. Satu tahun setelahnya, yaitu pada 4 Juni 2000 dilaksanakan peletakan batu pertama. Pura ini diresmikan pada 16 Juni 2004 oleh Menteri Agama saat itu, yakni Prof Dr Said Agil Husin Al Munawan dan pada tanggal 2 November 2009 Pura Agung Amerta Bhuana diresmikan oleh Gurbernur Provinsi Kepulauan Riau. 

Pura Agung Amerta Bhuana memiliki 3 mandala, yakni Mandala Pratama, Mandala Madya, dan Mandala Utama.

1. Mandala Pratama berfungsi sebagai tempat aktivitas umum untuk meningkatkan perekonomian, di mandala ini terdapat sebuah restoran dan parkir.
2. Mandala Madya sebagai tempat dilaksanakan kegiatan kesenian, pengembangan budaya, dan keagamaan, di mandala ini terdapat pengembangan seni tari, karawitan, dan pengembangan kebudayaan Hindu lainnya.
3. Sementara itu, Mandala Utama merupakan tempat suci persembahyangan, di mandala inilah para umat Hindu melaksanakan ibadah dan menjalin hubungan dengan Tuhannya, Sanghyang Widhi Wasa. Dalam agama Hindu terdapat dewa yang disebut Tri Murti yakni Dewa Brahma (manifestasi Tuhan sebagai pencipta), Dewa Wisnu (manifestasi Tuhan sebagai pemelihara kehidupan dunia), dan Dewa Siwa (manifestasi Tuhan sebagai pengembali makhluk kepada bentuk semula).

Sumber: Dokumentasi Penulis

Setiap hari minggu pukul 09.00-13.00 terdapat kegiatan pasraman bagi siswa dari PAUD hingga SMA. Di pasraman inilah para siswa belajar mengenai agama dan kebudayaan Hindu. Selain itu, ada juga kegiatan ekstrakulikuler seperti seni tari dan karawitan yang diajarkan kepada para siswa di pura ini.

Pada peringatan Hari Raya Nyepi para umat Hindu Pura Agung Amerta Bhuana bergotong royong mempersiapkan perlengkapan menjelang perayaan. Sehari sebelumnya, akan dilaksanakan ritual upacara perayaan dengan dua ogoh-ogoh sebagai simbol perayaan seni dan budaya. Ogoh-ogoh melambangkan sifat yang tidak baik dalam diri manusia. Pengerakan ogoh-ogoh ini memiliki filosofi bagaimana manusia meleburkan sifat-sifat jahat menjadi sifat-sifat Tuhan. Pawai ogoh-ogoh ini biasanya dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00.

Sumber: Dokumentasi Penulis

Pura Agung Amerta Bhuana buka setiap harinya dan diperbolehkan bagi wisatawan yang ingin mengunjungi pura ini. Selain bangunan pura, di area ini juga terdapat kuil sebagai tempat ibadah bagi warga India. Kuil ini bernama Sri Lalitha yang terletak pada sebelah kiri tangga masuk ke pura. Tapi hendaknya sebelum mengunjungi pura ini para wisatawan dianjurkan mencari atau menghubungi pengurus pura terlebih dahulu. Hal ini karena pura merupakan tempat suci bagi umat Hindu, sehingga terdapat beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan dalam pura ini yang akan dijelaskan oleh pengurus pura sebelum wisatawan memasuki area pura. Untuk lebih lanjut mengenai Pura Agung Amerta Bhuana dapat mengunjungi websitenya langsung pada http://hindu-batam.com/.